Siapa sangka, dibalik tubuh ideal Viona Rosalia Anjarini (30), ada kebiasaan mengonsumsi obat setiap hari. Hal ini dilakukan setelah dua tahun lalu, berat badan Viona turun 10 Kg dalam waktu satu bulan. Padahal, dia tak melakukan diet bahkan rasa lapar terus mendera meski sudah makan.
Viona menceritakan, awal Februari 2014, badan sering gemetar (tremor) tanpa sebab. Selain itu, nafasnya sering ngos-ngosan seusai beraktivitas di rumah. Meski itu sekadar menyapu, mencuci piring, atau menggendong sang putra, Sandy Satria Astowo yang saat itu berusia 3 tahun.
Kondisi badan juga dirasa berbeda. Viona lebih mudah berkeringat dan jantung berdebar cepat. "Saya pikir hanya lelah dan butuh istirahat. Berat badan turun juga saya kira karena berolahraga jadi tidak perlu ke dokter. Saya pun santai saja, " paparnya di ruang tunggu pasien di RS Tugurejo, baru-baru ini.
Hanya saja, dia tidak tahan akan emosi yang sering meledak-ledak dan bicara belepotan karena terburu-buru. Kondisi tersebut membuat sang suami, Rizki Budi Astowo khawatir dan menyarankan periksa ke dokter.
Kepada dokter umum di Ngaliyan, ibu rumah tangga ini menceritakan apa yang dialami. Setelah memeriksa badan Viona, sang dokter memberi surat rujuk ke dokter spesialis penyakit dalam di RS Tugurejo. Saat itu juga, bersama suami, Viona periksa ke dokter spesialis. Rujukan itu membuat dia was-was mengalami penyakit serius.
Dokter pun segera memeriksa fisik Viona, mulai leher, lengan, rekam jantung dan cek darah. Dari hasil pemeriksaan, dokter mengatakan, dia mengalami hipertiroid. "Dokter meyakinkan, hipertiroid bisa sembuh bila rutin minum obat PTU untuk menekan hormon tiroid serta propanolol untuk jantung. Rasanya pahit banget dan penyembuhannya memang butuh waktu lama," jelasnya.
Selain minum obat, Viona juga rutin cek darah setiap tiga bulan sekali. Kontrol ke dokter dia lakukan sebulan sekali. "Sebaiknya, jika merasa ada yang tidak beres dengan kondisi kesehatan, jangan cuek. Langsung cek ke dokter karena kalau sudah terlambat, pasti menyesal," pesannya.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam SMC RS Tlogorejo dr Indra Yulius Darmawan Sp PD mengatakan, hipertiroid bisa menyerang siapa saja. Namun, kebanyakan terjadi pada wanita usia dewasa, 20-40 Tahun.
Menurutnya, 50 persen penyebab hiperteroid tidak diketahui sehingga tidak bisa dilakukan pencegahan khusus. "Namun, hipertiroid disebabkan sistem kekebalan tubuh alami (auto imun) yang menyerang kelenjar tiroid dan kelenjar tersebut ‘melawan’ kembali lewat cara memproduksi banyak tiroid. Selain itu, bisa juga karena pengaruh obat-obatan mengandung yodium, beberapa obat kanker atau jantung. Faktor keturunan bukan pasti tapi merupakan risiko dalam arti, bila riwayat keluarga terkena hipertiroid, belum tentu keturunan akan terkena," jelas Indra.
Meski demikian, tiap orang harus peka dan bisa mengenali gejala awal muncul hiperteroid sehingga bisa ditangani sejak dini. "Kebanyakan, pasien yang datang sudah sampai tahap komplikasi. Bila terdapat gejala hipertiroid semisal tremor, berat badan menurun drastis, kulit terasa lembab, jantung berdebar-debar, jangan sungkan ke dokter agar bisa dideteksi sejak dini. Karena, jika tak segera diobati, hipertiroid sangat berbahaya bagi jantung, tulang dan dapat mengakibatkan thyroid storm," kata Indra menganjurkan.
Mengenal Gejala dan Tanda Hipertiroid
Menurut dokter spesialis penyakit dalam SMC RS Telogorejo, dr Indra Yulius Darmawan Sp PD, penyakit hipertiroid, 50 persen tidak diketahui penyebab sehingga tidak ada pencegahan khusus. Tetapi, yang bisa dilakukan, mengenali gejala hipertiroid agar cepat mendapat terapi secara tepat.
Berikut ini gejala hipertiroid yang perlu diwaspadai:
1. Tangan bergetar (tremor), jantung berdetak secara cepat, kesulitan bernapas, mudah berkeringat, kulit gatal dan kemerahan, rambut rontok, berat badan menurun walaupun sudah makan secara teratur, sensitif terhadap suhu panas, sulit tidur, tangan basah, kulit juga lembab, perubahan mood, mudah marah.
2. Terdapat benjolan di leher. Kelenjar tiroid terletak di bagian depan leher dan berfungsi untuk mengontrol metabolisme tubuh sehingga patut waspada jika terdapat benjolan di daerah tersebut.
3. Jika muncul gejala yang sudah disebutkan, sebaiknya cek kadar tiroid. Diagnosis yang dilakukan adalah uji fisik, misalnya cek jantung, bagian leher, kepala dan tes darah.
4. Agar tubuh juga senantiasa sehat, sebaiknya olahraga teratur, banyak minum air putih, dan jaga asupan makanan.
Sumber: Jateng.Tribunnews.com