Semua ciptaan Tuhan yang memang dari awal diciptakan untuk makanan kita sehari-hari (bukan herbal) tidak dirancang memiliki efek samping buat manusia. Beda sekali dengan alam yang sudah diotak-atik oleh manusia, memang bisa dimakan, tapi punya efek sampingnya.
Contoh yaitu buah apel yang manis. Buah apel yang manis mengandung fruktosa yang tinggi tapi kaya serat, multivitamin, multimineral dan mikronutrient lainnya.
Dalam banyak penelitian ilmiah, memang fruktosa memiliki efek negatif buat tubuh, tapi Anda harus ingat bahwa efek buruk tersebut diakibatkan oleh fruktosa saja, bukan fruktosa yang “bergandengan” dengan serat dan mikronutrient yang lengkap ada di buah-buahan.
Serat dan mikronutrient lain inilah yang menetralisir efek negatif fruktosa bagi tubuh kita. Itulah sebabnya manusia sejak awal penciptaan makan buah-buahan manis, dan dalam sejarah terbukti mereka aman-aman saja, tidak ada yang diabetes atau sakit lainnya.
Jadi penelitian-penelitian tersebut memang benar jika kita hanya konsumsi fruktosanya saja, tapi tidak tepat jika menganggap buah-buah manis itu buruk karena buah-buah manis organik (yang masih 100% asli ciptaan Tuhan dan tidak diotak-atik manusia) itu mengandung komposisi yang lengkap dan sempurna untuk mencegah adanya efek samping negatif buat manusia.
Kontraindikasi Tapi Disangka Efek Samping
Sejarah tidak mencatat bahwa manusia sakit gara-gara makan buah-buahan manis (dimana buah-buahan tersebut memang untuk manusia, bukan buah beracun). Yang ada di sejarah jaman dulu, yaitu manusia sakit karena kerakusannya dan kecelakaan (diracuni atau tidak tahu itu beracun).
Beda dengan jaman sekarang yang serba modern dan instant, kita tidak rakus pun tetap saja sakit dan gemuk. Kenapa demikian? Karena banyak makanan yang diciptakan Tuhan telah diotak-atik oleh manusia.
Protein jaman sekarang beda dengan protein jaman dulu. Lemak jaman sekarang juga beda dengan lemak jaman dulu. Apalagi karbohidrat jaman sekarang, juga beda sekali dengan jaman dulu. Kondisi air pun juga beda.
Makanan ciptaan Tuhan sudah terkorup dengan ulah “kebodohan” manusia. Yang terkorup ini namanya non-organik, sedangkan yang tidak terkorup namanya organik.
Ketika kita rutin dan banyak konsumsi karbohidrat yang sudah diotak-atik seperti misalnya pemanis fruktosa buat pemanisnya, maka dalam jangka panjang kita akan menderita obesitas dan diabetes.
Ketika kita menderita kedua kondisi tadi, maka otomatis konsumsi karbohidrat jadi memiliki efek negatif, sehingga kita terpaksa mengurangi besar-besaran karbohidrat di menu kita.
Itulah yang disebut dengan kontraindikasi, bukan efek samping. Efek samping artinya reaksi negatif muncul karena apa yang masuk ke tubuh bukan kawan dan menimbulkan gangguan. Sedangkan kontraindikasi artinya reaksi negatif muncul karena yang masuk sebenarnya kawan, tapi tidak sesuai dengan kondisi tubuh saat itu sehingga menimbulkan gangguan.
Kontraindikasi sering disalahartikan oleh kita sebagai efek samping. Karbohidrat jadi kontraindikasi bagi penderita obesitas dan diabetes, tapi tidak bagi orang yang normal.
Kontraindikasi boleh dikata merupakan gabungan dari overdosis dan alergi. Kejadian logisnya seperti ini: Kita overdosis karbohidrat yang dilakukan secara rutin mengakibatkan suatu kondisi negatif yaitu obesitas dan diabetes yang akhirnya jadi timbul “semacam alergi” tiap kali kita konsumsi karbohidrat.
Ingat: Tuhan tidak bodoh menciptakan makanan buat manusia, tapi punya efek sampingnya. Yang benar adalah kitalah yang bodoh, makanan yang sudah sempurna, kita otak-atik menjadi sesuatu yang tidak sehat dan juga bodoh karena karakusan kita sendiri.
Gejala Serupa Tapi Sebenarnya Tak Sama
Dengan penjelasan-penjelasan di atas, Anda tidak lagi menganggap semua reaksi tidak nyaman sebagai efek samping. Bisa jadi reaksi tersebut adalah proses penyembuhan, reaksi alergi, kontraindikasi atau bisa jadi karena konsumsi berlebih alias overdosis. Gejala serupa, tapi sebenarnya tak sama. Mampu membedakan hal-hal ini akan memiliki dampak besar terhadap kesehatan Anda atau orang lain yang Anda tangani.