Ya, benar sekali. Banyak sekali ilmuwan dan dokter yang tidak percaya dengan keberadaan HIV dan kemanjuran ARV. Mau tahu kenapa? Silahkan baca penjelasannya di artikel ini.
Untuk masalah HIV, sebenarnya dunia medis terbagi jadi 2 golongan, yaitu:
1. Percaya bahwa HIV tidak bisa disembuhkan.
2. Percaya bahwa HIV bisa disembuhkan.
Untuk golongan yang kedua ini biasa disebut dengan Aidsdenialist, itu juga terbagi jadi 2 lagi, yaitu:
1. Percaya HIV ada dan HIV bisa disembuhkan tanpa ARV.
2. Tidak percaya HIV ada, yang ada adalah penyakit UMUM yang dilabeli baru sebagai HIV. Jadi penyembuhannya sama dengan menyembuhkan penyakit umum lainnya.
TIDAK PERCAYA HIV ADA, ITU PENGIKUTNYA BANYAK & KUAT ARGUMENNYA
Pandangan ini memang kontroversial, tapi jangan mengira tidak ilmiah dan logis. Setelah saya babarkan nanti, Anda akan melihat dimana ilmiah dan logisnya. Tulisan saya ini bakal panjang, jadi mohon untuk bersabar membacanya. Dibaca terus saja karena ini materi pembelajaran sains, bukan materi gosip. Saran saya, bacalah materi ini saat Anda ada waktu lowong, sehingga Anda tidak terburu-buru dan bisa fokus membacanya.
Karena ilmiah dan logis, banyak juga ilmuwan, pakar, profesor dan dokter yang memegang pandangan ini (HIV tidak ada).
Bukan sekedar "kepercayaan", pandangan ini juga punya banyak bukti Odha tanpa ARV di seluruh dunia yang sudah tidak bisa dihitung dengan jari (entah ada berapa ratus ribu atau jutaan). Yang tetap hidup di atas 10, 20 dan 30 tahun tanpa ARV tidak sedikit. Ada juga beberapa Odha tanpa ARV yang lebih dari 10 dan 20 tahun kontak dengan saya. Dan mereka hidup dengan normal tanpa ARV. Kalau saya katakan normal, itu artinya mereka hidup normal seperti non-Odha pada umumnya, bebas dari hal-hal berbau HIV/AIDS!
MANA BUKTI ILMIAH KALAU HIV ADA?
Itulah yang banyak ilmuwan dan dokter dengan pemikiran kritis tanyakan. Sampai saat ini yang ditampilkan ke media hanyalah bentuk manipulasi komputer dan lab.
Banyak orang sudah tertipu dengan pemberitaan media massa yang menceritakan bahwa HIV telah terisolasi. Gambar HIV yang dari sejak publikasi HIV pertama kali sampai dengan yang sekarang, sebenarnya merupakan manipulasi komputer dan sebagian lagi adalah manipulasi kultur dalam sebuah lab. Bukti ilmiah yang benar tentang HIV itu sendiri tidaklah pernah ada.
Pemanipulasian ini sudah dibeberkan di artikel "Isolasi HIV Selama Ini adalah Manipulasi" .
Banyak sekali kontradiksi dengan logika bahwa HIV itu ada. Kontradiksi dan hal yang aneh tersebut bahkan dari awal klaimnya ditemukannya virus tersebut.
(1) Arti AIDS Itu Sendiri Awalnya Apa Sih?
Awalnya, AIDS istilah yang diberikan oleh Centers for Disease Control (CDC) terhadap kumpulan 29 penyakit umum termasuk infeksi jamur, herpes, diare, beberapa jenis pneumonia, beberapa kanker, salmonella, dan TBC. Jadi, dulu bahasa simple-nya untuk AIDS adalah beberapa penyakit umum yang bisa menghilangkan imunitas seseorang sampai meninggal.
Jika dulu Anda menderita kanker kelenjar dan TBC parah, berarti Anda akan dikatakan menderita AIDS. Tapi dari sejak tahun 1983 diumumkan oleh Mantagnier dan 1984 diumumkan oleh Gallo bahwa AIDS disebabkan oleh virus, maka definisi AIDS makin berkembang jadi "liar, menjijikkan dan jadi suatu aib".
Anda bisa membaca tentang sejarah AIDS "tanpa sensor" di artikel yang berjudul:
(2) Ketidakilmiahan Keberadaan HIV
Dr. Stefan Lanka, seorang virologist dan biologist molekular, dikenal secara internasional sebagai “kritikus AIDS” (dan mungkin “kritikus genteknologi”) sejak tahun 1994 meragukan akan “keberadaan” HIV.
Di September 2001, buku Stefan Lanka dan Karl Krafeld berbahasa Jerman “Impfen – Völkermord im dritten Jahrtausend?” (Vaksinasi – Genocide di Milenium Ketiga?) dipublikasikan, dimana ia menyatakan bahwa sampai sekarang belum ada bukti akan keberadaan HIV. Gambar atau foto-foto HIV yang diambil dari suatu buku medis sebenarnya hanya menunjukkan struktur yang ada di dalam sel, bukannya virus yang terisolasi.
Tahukah Anda bahwa gambaran yang terlihat dari mikroskop elektron itu tidak berwarna?! Jika Anda melihat laporan ilmiah dan video yang memperlihat virus merah atau hijau yang menyerang suatu sel, itu hanyalah ILUSTRASI dari komputer alias hanya manipulasi komputer.
Bukan hanya masalah warna, mikroskop elektron juga tidak bisa menampilkan dengan detail bentuknya virus HIV. Yang terlihat di mikroskop elektron itu hanya suatu titik dan itu tidak jelas titik tersebut KEPASTIANNYA apa. Jadi jika Anda melihat gambar-gambar virus HIV yang jelas bentuknya, itu juga hanya ILUSTRASI komputer saja.
Jadi bahasa yang tepat untuk semua ini adalah "ILUSTRASI ATAU PENGGAMBARAN" HIV, bukan isolasi HIV. Ilustrasi sifatnya hanya asumtif dan imaginatif. Sedangkan isolasi itu sifatnya realita dan kepastian. Sayangnya, realita dan kepastian ini tidak ditemukan dalam semua bukti "isolasi" HIV selama ini!
Etienne de Harven, MD, adalah seorang pensiunan Profesor Pathology University of Toronto. Harven mengemukakan bahwa sampel HIV yang dikatakan berhasil diisolasi sebenarnya sama dengan virus “Friend” leukaemia. Kedua retrovirus tersebut, yaitu Friend leukaemia dan “sesuatu” yang diasumsikan sebagai HIV sama-sama memiliki morfologi yang sama di bawah pengamatan mikroskop elektron. Keduanya memiliki diameter yang identik dan kepadatan yang sama.
Bahasa awamnya adalah semua virus tersebut bentuknya sama di mikroskop elektron, jadi Anda tidak bisa membedakan itu HIV, friend leukaemia, atau virus lainnya.
Dalam penelitian Harven, tikus percobaan yang menderita Friend leukaemia memiliki level partikel viral tertentu dalam aliran darah mereka. Hasil ilustrasi partikel viral yang ada pada tikus percobaan adalah seperti gambar berikut:
Dalam gambaran mikroskop elektron ini, dapat dilihat populasi partikel virus yang serupa. Mereka semua memiliki diameter dan morfologi yang sama. Anda harus sangat cermat untuk bisa mengidentifikasikan secara khusus struktur virus yang ada dan juga membedakannya dari unsur partikel-partikel lainnya.
Harven menyatakan bahwa bahwa sampai sekarang ini, belum pernah ada yang sanggup menunjukkan keberadaan HIV melalui teknik isolasi yang sangat sederhana seperti ini, bahkan dalam sample darah Odha yang dikatakan viral loadnya tinggi.
Bukti mendasar akan keberadaan suatu virus ini tidak bisa diberikan oleh para ilmuwan manapun dalam konferensi AIDS di Pretoria, S.A., Mei 2000. Tak satupun dari para ahli yang bisa mendemonstrasikan gambaran seperti di atas asli dari pasien AIDS.
Bahkan dulu pernah ada penawaran resmi $100.000 bagi siapapun yang berhasil mendemonstrasikan partikel HIV asli dari pasien AIDS berviral load tinggi. Namun sampai sekarang belum ada yang sanggup memenangkan uang tersebut. Harven mengatakan bahwa teknik isolasi sederhana yang berhasil dilakukan pada tikus percobaan, seharusnya juga berhasil pada HIV, JIKA MEMANG HIV ITU BENAR-BENAR ADA!
Dalam tiap uji penelitian HIV, kultur-kultur lab yang diuji adalah tercampur dan distimulasi tinggi.
Tercampur artinya kultur tersebut, seperti misalnya dari lab Gallo, mengandung limfosit dari seorang pasien dengan sel H9, yaitu suatu sel yang biasa diketahui sebagai pembawa retrovirus secara kronis (menahun). Atau dalam kasus Pasteur Institute, limfosit yang berasal dari pasien diduga penderita AIDS tercampur dengan limfosit yang terisolasi dari darah plasenta dan ilmfosit ini sejak 1979 telah diketahui sebagai pembawa retrovirus endogenous (retrovirus yang dihasilkan oleh tubuh sendiri).
Kultur-kultur ini juga telah distimulasi tinggi (sengaja dirangsang untuk bereaksi) dengan satu atau dua bahan aktif seperti misalnya phytohemagglutinin (PHA), T cell lymphocyte growth factor (TCGF), atau interleukin2, atau dengan hormon-hormon corticosteroid. Semua bahan-bahan aktif ini diketahui dapat mengaktifkan ekspresi retrovirus endogenous (HERV yang dihasilkan tubuh ssndiri) yang sebenarnya hanya virus lemah.
Nah, reaksi aktif dalam kultur lab Pasteur Institute adalah hasil manipulasi stimulasi tinggi yang memakai PHA dan TCGF. Kultur lab hasil manipulasi inilah yang diklaim sebagai “isolasi HIV”. Sungguh suatu hal yang tidak logis dan tidak ilmiah.
Anda bisa mempelajari tentang ketidakilmiahan seputar HIV di artikel "Isolasi HIV Selama Ini Adalah Manipulasi".
SAKING TIDAK AKURATNYA TEST HIV, ANJING HAMIL PUN BISA POSITIF
Test HIV tidak bisa memperlihatkan secara visual ada virus yang gerak kesana-kemari, juga tidak bisa memberikan bukti fisik dan terlihat adanya suatu virus. Ia hanya memperlihat adanya antibodi tertentu yang dihasilkan oleh tubuh sebagai respon tubuh ketika diserang HIV. Tapi sayangnya, antobodi yang DIDUGA hanya muncul jika tubuh diserang HIV, ternyata juga muncul ketika seseorang kena flu, cacar, hepatitis atau bahkan ketika hamil.
Bahkan yang lebih lucu lagi adalah, antibodi ini juga terdeteksi di darah anjing-anjing yang hamil!
Jadi test HIV itu tidak bisa membuktikan antibodi yang terdeteksi tersebut hanya ada di kasus HIV saja karena kenyataannya, orang yang sakit, sedang hamil dan anjing hamil juga bisa positif. Apakah ini pantas diklaim sebagai sesuatu yang akurat, pasti dan ilmiah? Tentu saja tidak dan lebih tepat jika dilabeli sebagai "penyesatan" ilmiah!
Mungkin ada yang bilang, "Tapi ada banyak lho yang menderita pneumonia, TBC dan hamil tapi tidak positif saat ditest HIV!"
Ya, jelas banyak yang menderita pneumonia, TBC dan hamil tapi tidak positif saat ditest HIV. Itu karena seseorang dinyatakan positif bukan hanya dari hasil test lab saja, tapi juga dari pengisian formulir dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan faktor resiko seperti misalnya:
- Apakah Anda pengguna narkoba suntik?
- Apakah Anda punya kebiasaan suka "jajan" atau seks bebas?
- Apakah Anda menerima transfusi darah dalam waktu 3 bulan terakhir?
- Apakah Anda punya tato?
- Apakah pasangan Anda penderita HIV?
- Apakah pasangan Anda masuk dalam kelompok beresiko?
- Dst.
Jika Anda menjawab "Ya", untuk salah satu atau beberapa pertanyaan di atas, maka dokter akan menyatakan Anda positif, SELAIN dari hal lab yang juga positif. Jadi, kesimpulan dokter tentang Anda positif atau tidak itu juga asumtif, tergantung Anda mengisi formulirnya.
Penjelasan yang lebih lengkap tentang ketidakakuratan dan ketidakilmiahan test HIV bisa Anda baca di artikel yang berjudul "Apakah Test HIV Sekarang Ini Akurat?".
KESALAHAN TEST CD4
Komunitas medis konvensional percaya bahwa CD4 akan turun jika orang terkena HIV. Dan mayoritas percaya bahwa CD4 turun ini hanya ada di kasus HIV saja.
Tapi benarkah demikian?
Tahukah Anda bahwa standar CD4 normal berulangkali telah berubah dan makin naik? Dulu standarnya 400-1400 sel / mcl. Kemudian jadi 500-1500 sel / mcl. Sekarang berubah lagi jadi 600-1500 sel / mcl.
Jika di bawah 200, seorang Odha dinyatakan tidak sehat karena virus HIV mulai aktif menyerang. Terlebih lagi jika ada yang kadar CD4-nya di bawah 40, secara teori sudah sangat sakit dan dalam keadaan “bed rest”.
CD4 sebenarnya penanda bagi adanya kolesterol dan plak arteri, bukan penanda sistem imun. CD4 dan CD8 akan naik ketika kadar kolesterol naik. Pemberian suplemen nicotinamide (vitamin B3) bisa menurunkan CD4 karena nicotinamide bisa menetralkan kolesterol. Sel CD4 biasanya berkumpul di area yang ada plak arteri dan memberikan signal ke sel darah putih untuk datang dan melahap kolesterol.
Boleh dibilang, kadar kolesterol dalam darah Anda akan mempengaruhi jumlah sel T Anda. Sel T CD4 terlibat dalam hal perbaikan arteri. Jadi orang yang sehat CD4nya malah bisa rendah, sedangkan orang yang sakit CD4-nya bisa tinggi.
Jika Anda masih belum percaya dengan hal ini, kenapa tidak mencoba mengadakan test CD4 ke sekelompok orang sehat seperti misalnya para dokter, para pemuka agama, dan para olahragawan? Kenapa tidak menguji kebenaran tentang test CD4 ini ke 10 dokter yang secara fisik terlihat sehat, dengan berat badan ideal, tidak merokok, tidak minum alkohol dan juga sehat secara emosional? Kita lihat apakah CD4 mereka tinggi atau rendah?
Tahu tidak kenapa Odha yang pakai ARV CD4 nya naik? Karena ARV meningkatkan kolesterol dalam darah. Peningkatan jumlah CD4 dalam terapi ARV sebenarnya bisa meningkatkan resiko sakit jantung. Aterosklerosis (penebalan dinding arteri) sering didapati pada Odha yang memakai ARV dan CD4 mereka juga tinggi.
Saya sering mendengar dari para Odha yang menghubungi saya bahwa ketika mereka memperbaiki pola makan dengan nutrisi yang benar, kadar CD4 mereka malah turun. Begitu juga dengan mereka yang menggantikan terapi ARV dengan herbal tertentu.
Ada juga pasien positif HIV yang kadar CD4-nya hanya 8 tapi dia tidak terlihat seperti layaknya orang yang sakit keras. Ia masih bekerja seperti biasanya. Padahal secara teori, dengan kadar CD4 “super rendah” seperti itu, ia seharusnya sudah terbaring sekarat di tempat tidur!?!
Para mantan pecandu narkoba juga mengalami penurunan CD4 ketika berhenti memakai narkoba. Jadi penggunaan obat-obatan narkotik juga bisa meningkatkan CD4. Itulah sebabnya kenapa pecandu narkoba berat, bisa saja memiliki kadar CD4 yang tinggi seperti misalnya 700-900.
Selain itu, Anda bisa juga menemukan seorang olahragawan profesional yang sehat, yang bukan pecandu narkoba, tidak merokok dan tidak suka minum alkohol, kadar CD4-nya rendah. Nah, di saat sang olahragawan ini diberikan ARV, makin naiklah kadar kolesterolnya, begitu juga CD4. Namun, seiring naiknya CD4 sang olahragawan, kondisi kesehatannya makin memburuk.
Anda bisa mempelajari lebih detail lagi tentang kejanggalan dan ketidakilmiahan test CD4 di artikel saya yang berjudul "Awas, Jangan Tertipu dengan Test CD4!".
Dan tahukah Anda bahwa CD4 rendah bukan hanya ada di kasus HIV saja. Orang yang kecapean, depresi, kecelakan atau sedang menderita penyakit umum juga bisa CD4 rendah? Penjelasan yang lebih rinci tentang hal ini bisa Anda pelajari di artikel saya yang berjudul "Banyak Kondisi Non-AIDS yang Bisa Menyebabkan CD4 Rendah".
Dari penjelasan-penjelasan ini, coba katakan kepada saya apakah test CD4 ini akurat, logis dan ilmiah?
TEST VIRAL LOAD YANG "BUTA"
Suatu laporan data dari penguji AIDS, Dr. David Rasnick, yang dipublikasikan dalam Journal of Biological Chemistry, mendemonstrasikan bahwa setidaknya 99.8% dari hasil pengukuran test viral menunjukkan partikel virus tidak berbahaya, dan menekankan bahwa PCR (mesin untuk menguji viral load) seharusnya diganti oleh suatu test yang bisa mengukur adanya HIV aktual dalam plasma darah.
Jadi boleh dikata, orang yang menderita penyakit UMUM (HIV negatif) bisa menunjukkan hasil nilai viral load yang tinggi, seperti misalnya flu, cacar, hepatitis, herpes, TBC, dan lain-lain. Bahkan virus umum yang TIDAK AKTIF pun bisa menghasilkan nilai viral load yang tinggi pula!
Selain test viral load tidak bisa membedakan mana virus HIV dan mana virus lainnya, kelemahan lainnya yang "tidak lucu" adalah ia tidak bisa membedakan virus yang terdeteksi tersebut virus mati atau virus hidup!
Cobalah menguji orang 10 atau 100 sakit akibat virus tapi HIV negatif dan lihat bagaimana hasil viral load mereka?!
Anda bisa mempelajari tentang ketidakilmiahan dan ketidaklogisan test viral load ini di artikel saya yang berjudul "Mitos HIV Sekitar Viral Load dan Sel T".
MALAPETAKA YANG DITIMBULKAN DARI REKAYASA HIV DAN 3 TIMBANGAN RUSAK
Setelah mengetahui kesalahan-kesalahan ilmiah keberadaan HIV dan dari 3 timbangan rusak di atas, bisa dilihat apa saja malapetaka yang ditimbulkan ke praktisi medis, pasien, dan masyarakat:
1. Orang yang sehat akan divonis positif HIV padahal ia hanya baru saja sembuh dari suatu penyakit UMUM atau bahkan sedang hamil.
2. Orang yang sakit UMUM akan divonis positif HIV.
3. Positif HIV yang salah menjadikan mereka korban obat-obatan kimia yang tidak dibutuhkan, terlebih lagi menderita kerugian non-materi berupa dikucilkan dari komunitas, perasaan bersalah berlebih, hancurnya kepercayaan diri, dan emosi negatif lainnya yang bisa dialami seumur hidup mereka.
4. Kewajiban mengonsumsi ARV seumur hidup menimbulkan berbagai efek samping yang membawa mereka jadi korban obat-obatan kimia lainnya untuk menutupi efek samping obat tersebut.
5. Praktisi medis konvensional yang tidak tahu tentang hal ini menjadi “boneka” untuk menarik banyak keuntungan bagi para mafia kesehatan. Mereka tanpa disadari, akhirnya melakukan tindakan malpraktek (tanpa sadar) dan membunuh banyak nyawa dengan “salah diagnosa” mereka.
Coba Anda bayangkan, berapa banyak uang yang didapat oleh para mafia kesehatan dari kasus HIV/AIDS ini? Bisnis yang didapat dari penjualan obat karena salah diagnosa dan menutupi efek samping, jika dikalikan dengan orderan SEUMUR HIDUP oleh SELURUH DUNIA, merupakan “uang segunung yang tidak bakal habis untuk 14 keturunan”!
JIKA HIV TIDAK ADA, KENAPA BANYAK ODHA MENINGGAL?
Memang benar banyak Odha yang meninggal, tapi itu bukan karena HIV karena ia tidak ada. Odha meninggal karena:
1. Penyakit umum yang "diparnoin" sebagai HIV.
2. Efek samping ARV dan obat kimia pendamping.
3. Psikosomatis berat.
(1) Penyakit Umum yang "Diparnoin" Sebagai HIV
Maag akut & kronis, TBC, kanker, hepatitis, pneumonia, depresi, hemofilia, fatty liver, dsb nya bisa disalahartikan sebagai "sakit HIV". Dan realitanya adalah penyakit-penyakit ini bisa membuat penderitanya meninggal jika tidak ditangani dengan benar, tidak peduli cara konvensional maupun alternatif.
(2) Efek Samping ARV dan Obat Kimia Pendamping
Sama dengan obat kimia lainnya, ARV juga punya efek samping dari yang ringan sampai yang mematikan. Beberapa efek samping ARV yang ternyata juga mirip dengan gejala HIV/AIDS adalah diare, mual muntah, lemas tak berdaya, sakit kepala, berat badan turun drastis, kulit menghitam, ruam dan borok, batuk pilek, demam, bahkan ada yang lumpuh.
Jika dikonsumsi dalam jangka lama, ARV akan merusak saluran pencernaan, ginjal, liver, pankreas, limpa, otak, dan tulang Anda. Ujung-ujungnya dari semua ini adalah kematian, tapi yang jadi kambing hitam adalah HIV.
Itu baru ARVnya, belum lagi efek samping dari obat-obatan pendamping. Jadi sungguh logis kenapa banyak Odha yang meninggal ketika konsumsi ARV walaupun HIVnya tidak ada.
(3) Psikosomatis Berat
Dari tahun 2003 saya juga menangani kasus-kasus psikosomatis, yaitu penyakit yang timbul oleh karena pikiran dan perasaan negatif. Saya sendiri juga menderita psikosomatis sebelum mengenal sains medis holistik. Jadi saya tahu dengan pasti apa saja dampak psikosomatis yang gejalanya juga mirip dengan "aktifnya HIV", seperti misalnya sakit kepala, sakit perut, diare, tidak nafsu makan, berat badan turun, dan ujung-ujungnya juga kematian.
Ambilah contoh skema berikut: Anda tiba-tiba divonis positif HIV. Label ini membuat Anda depresi luar biasa. Anda khawatir, malu, takut dan marah yang bercampur di dalam hati karena "stempel Odha" telah melekat di diri Anda untuk seumur hidup Anda. Yang Anda tahu adalah ini penyakit memalukan, suatu aib bagi keluarga dan masyarakat. Ingin rasanya bunuh diri, tapi juga takut mati.
Depresi yang kuat ini membuat Anda sakit kepala, juga memicu produksi asam lambung berlebih sehingga Anda maag dan diare. Dengan munculnya gejala ini, Anda makin panik, menganggap bahwa HIVnya mulai aktif menyerang. Kepanikan yang luar biasa ini membuat adrenalin Anda melonjak naik, membuat Anda bernafas begitu cepat dan dada berdegup keras. Tidak lama kemudian Anda sesak nafas dan kondisi ini membuat Anda makin panik, merasa bahwa Anda sepertinya bakal mati.
Bukan hanya satu dua kali saja Anda mengalami gejala-gejala seperti ini. Hampir setiap hari Anda mengalaminya. Anda tidak nafsu makan, mual dan mudah muntah. Akibatnya, berat badan Anda menurun drastis. Melihat bayangan kurus kering Anda sendiri di depan cermin jadi momok tersendiri bagi Anda. Anda makin yakin bahwa status HIV Anda sekarang telah berkembang jadi AIDS.
Tahu tidak apa yang bisa terjadi beberapa bulan kemudian, dengan kondisi fisik dan psikis yang seperti ini? Jika kondisi seperti ini diteruskan, ujung-ujungnya adalah kematian, dan yang disalahkan adalah HIVnya, walaupun ia sebenarnya tidak ada.
BEBERAPA KONDISI YANG MIRIP DENGAN "AKTIFNYA HIV"
Percayalah yang merasakannya (tiba-tiba drop) bukan hanya Anda. Yang mengalami seperti Anda, bahkan lebih parah itu banyak dan mereka percaya bahwa HIV itu tidak ada. Bukan hanya percaya, seolah-olah sekedar ilusi hidup, kenyataannya adalah mereka benar-benar hidup normal.
Mungkin Anda berkata, "Iya sekarang aja normal. Coba tunggu 5 atau 10 tahun lagi, HIV mulai aktif dan langsung menyerang ganas sehingga tubuh jadi drop!"
Jangan khawatir sobat, yang hidup normal tanpa ARV lebih dari 10-30 tahun itu banyak dan beberapa dari mereka juga kontak dengan saya.
Pertanyaannya: Jika mereka mengalami yang sama, bahkan lebih parah, kenapa mereka bisa normal tanpa ARV sedangkan Anda tidak?
"Bertahun-tahun saya tidak drop, saya sudah hidup sehat, eh tiba-tiba sekarang saya drop. Ini berarti sekarang HIVnya mulai aktif!"
Baiklah, ini beberapa penjelasan logis apa yang sebenarnya bisa terjadi dengan Anda, yang sebelumnya baik-baik saja, tapi kini jadi drop.
(1) Kecapean + Masuk Angin
Faktor kecapean plus masuk angin juga bisa bikin kita drop. Seperti tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba tubuh Anda drop, dengan ciri-ciri, badan meriang, demam, diare, lemas tidak berdaya, sakit kepala, dan batuk pilek. Ciri-cirinya sangat mirip dengan yang katanya HIV sedang aktif.
(2) Keracunan Makanan
Kondisi lainnya yang bisa membuat tiba-tiba drop dan gejalanya mirip dengan HIV adalah keracunan makanan. Misalkan kita salah makan makanan kadaluarsa atau makanan tidak segar (stok lama diolah kembali), itu juga bisa membuat kita tiba-tiba drop dengan gejala mual muntah, sakit kepala, meriang, diare parah dan lemas tak berdaya.
(3) Perubahan Cuaca & Lingkungan
Kondisi lainnya yang efek dropnya tiba-tiba adalah perubahan cuaca dan lingkungan. Sebelum Anda mengenal istilah HIV, bukankah Anda pernah berulangkali mendengar ada orang yang tiba-tiba sakit dan drop badannya di saat-saat musim pancaroba? Dan ada juga orang yang jadi drop ketika dia pindah rumah dari kota ke desa di pedalaman? Atau mungkin Anda sendirilah orang tersebut yang berulangkali drop di musim-musim pancaroba dan ketika pindah ke lingkungan baru?!
Gejala tubuh dropnya ini juga mirip sekali dengan "aktifnya HIV" seperti misalnya demam, batuk pilek, lemah tak berdaya sehingga terpaksa bed rest, diare, dan sesak nafas.
(4) Mengalami Proses Penyembuhan yang Menyiksa
Anda tahu proses renovasi rumah? Selama renovasi, Anda harus membongkar, menjebol, memotong, bahkan meruntuhkan beberapa bagian rumah. Jika rumah adalah makhluk hidup, proses ini "tidak nyaman dan menyakitkan" sekali.
Itulah yang terjadi dengan tubuh kita ketika mengalami proses penyembuhan setelah konsumsi herbal dan suplemen yang kuat. Ada beberapa orang yang mengalami proses penyembuhan kuat ketika mereka memakai herbal atau suplemen yang kuat. Ini dialami dalam tempo 1-5 hari setelah mereka konsumsi herbal atau suplemen. Ini hal yang wajar dan tidak perlu dikhawatirkan karena ini bukan efek samping dari herbal atau suplemen tersebut.
Antara proses penyembuhan dengan efek samping itu memang cirinya sama tapi hasilnya beda jauh. Yang satu hasil akhirnya positif, sedangkan yang lain hasil akhirnya negatif.
Beberapa proses penyembuhan memiliki ciri-ciri yang serupa dengan alergi, overdosis dan efek samping. Ciri-ciri proses penyembuhan juga sangat mirip dengan apa yang disebut dengan "aktifnya HIV", yaitu sakit kepala, BAB yang encer dan banyak, demam, lemas tak berdaya, dan sering BAK. Ini semua bisa membuat drop di awal karena tubuh sengaja mengaktifkan reaksi-reaksi tersebut untuk "memaksa" Anda istirahat total sehingga tubuh bisa memfokuskan energi untuk "merombak" apa yang salah, melawan infeksi yang ada, membuang toksin, dan meregenerasi sel.
Apa bedanya drop karena terapi herbal sedang "bekerja" dengan drop karena"aktifnya HIV"?
Drop karena terapi herbal sedang bekerja itu hanya sementara. Di awal-awalnya sangat tidak mengenakkan tapi tiap hari makin "reda" reaksinya karena tubuh makin sehat dan bersih. Sedangkan drop karena "aktifnya HIV" (atau penyakit umum yang diparnoin sebagai HIV), reaksinya makin kuat tiap harinya dan tidak bisa mereda.
Supaya Anda bisa lebih paham, saya berikan contoh begini: Oleh karena pola makan yang sangat tidak sehat selama 10 tahun, usus Anda mengalami penebalan dinding usus yang membuat tubuh Anda susah mencerna dan menyerap makanan dengan baik. Pola makan tidak sehat telah meninggalkan akumulasi toksin yang menempel dan membuat tebal dinding susu Anda. Jika kondisi seperti ini dibiarkan terus, Anda bisa terancam mengalami sirosis dan kanker usus. Suatu hari Anda mengambil keputusan konsumsi herbal dan suplemen berkualitas tinggi untuk bisa menghilangkan masalah penebalan dinding usus tersebut.
Nah, menurut Anda, bagaimana caranya tubuh bisa mengenyahkan akumulasi toksin yang menempel dan membuat tebal dinding usus tersebut? Tentu saja dengan cara "mengikisnya" dengan paksa kemudian membuang "sampah" kikisan tersebut dengan paksa juga (karena kalau bisa normal tanpa paksaan, tentu sudah dibuang dari dulu).
Menurut Anda, apa sensasi yang Anda rasakan ketika proses mengikis dan membuang sampah toksin ini berlangsung? Sensasinya adalah sangat tidak nyaman, yaitu Anda sakit perut yang luar biasa, Anda mual dan kemudian BAB dengan tinja yang sangat encer. Hal ini berulangkali terjadi dalam beberapa jam dan otomatis Anda langsung lemas tak berdaya.
Bagaimana? Mirip sekali dengan aktifnya HIV khan?
Anda bisa mempelajari tentang proses penyembuhan ini lebih detail di artikel saya yang berjudul "Membedakan Efek Samping, Alergi, Overdosis, dan Proses Penyembuhan" .
(5) Kanker
Tahu tidak bahwa ada beberapa kanker yang juga punya gejala-gejala mirip dengan drop karena aktifnya HIV? Diantaranya adalah kanker kelenjar getah bening (limfoma), kanker paru, kanker hati, dan kanker usus. Gejala dari kanker-kanker ini tidak akan Anda lihat dalam jangka 5-10 tahun.
(6) Sirosis
Sirosis adalah penyakit yang diakibatkan karena kerusakan hati jangka panjang. Pada sirosis, cedera hati meninggalkan bekas luka yang mengakibatkan hati tak lagi bekerja normal, seperti membuat protein baru, melawan infeksi, menyingkirkan zat tidak berguna dari darah, mencerna makanan, dan menyimpan energi.
Apa saja gejala sirosis yang mirip dengan definisi gejala HIV?
1. Mual muntah.
2. Letih lesu atau energi drop.
3. Tidak nafsu makan.
4. Berat badan turun drastis.
5. Rambut rontok.
6. Muntah darah.
7. Koma.
(7) Maag Akut & Kronis
Maag akut dan kronis tidak terjadi tiba-tiba lho. Awalnya ia muncul sebagai maag biasa yang mudah diobati dan Anda tidak memperhitungkannya sebagai masalah kesehatan serius apalagi menganggapnya karena HIV. Tapi lama-lama ia berkembang jadi maag yang susah diobati dan gejalanya makin parah, yang kemudian Anda tiba-tiba drop sangat parah. Bahkan tidak sedikit yang meninggal gara-gara penyakit ini. Oleh karena Anda pernah ditest HIV positif, lalu Anda mulai "parno" dan menganggap dropnya ini karena HIV sudah mulai aktif menyerang.
Sesak napas karena asam lambung naik bisa terjadi ketika cairan asam tersebut bersentuhan dengan kerongkongan atau justru masuk ke dalam paru-paru. Kondisi ini kemudian memicu refleks saraf yang menyebabkan saluran udara menyempit untuk memaksa cairan tersebut keluar dari paru.
Bila maag Anda kronis, kerusakan yang terjadi pada kerongkongan dan paru-paru akibat paparan cairan asam lambung secara terus-menerus bisa menyebabkan munculnya penyakit pernapasan seperti asma atau pneumonia, yang ditandai dengan batuk atau suara mengi (suara bunyi ngik-ngik). Tak jarang, hal ini juga menimbulkan rasa sesak di dada.
Gejala lainnya dari maag akut dan kronis yang membuat banyak orang jadi "parno" akan HIV yang aktif adalah:
* Mual muntah.
* Kulit pucat.
* Susah nafas.
* Pingsan.
* Diare.
* Berat badan turun drastis.
* Nyeri perut parah.
* Kecemasan dan kepanikan tiba-tiba, tak tertahankan dan seolah-olah akan mati.
Untuk informasi tentang bagaimana menyembuhkan maag akut dan kronis, silahkan Anda ikuti kursus online-nya DI SINI.
(8) Psikosomatis yang Dahsyat
Untuk hal ini sudah saya jelaskan sebelumnya bahwa pikiran dan perasaan negatif seperti misalnya depresi bisa menimbulkan kondisi drop yang mirip dengan "aktifnya HIV". Apa Anda juga pernah mendengar kabar bahwa ada seseorang yang tiba-tiba jatuh sakit gara-gara bangkrut, diputus cinta, kehilangan anaknya, dikejar-kejar hutang, dan sebagainya? Ya, benar itulah dahsyatnya psikosomatis. Gejalanya juga mirip dengan apa yang dikatakan sebagai "aktifnya HIV".
Apalagi untuk kasus HIV, tekanan batin yang diderita terasa lebih kuat dibandingkan penyakit umum lainnya. Jika status HIV+ ini dilatarbelakangi oleh dosa pribadi, maka efek psikosomatisnya lebih dahyat karena batin bawah sadar menganggap diri pantas dan harus dihukum atas dosa-dosa yang ada. Inilah yang menyebabkan turunnya sistem imun dan aktifnya "mode self-destruction" atau penghancuran diri.
Pelajaran lebih detail tentang psikosomatis ini bisa Anda baca artikel saya "Cara Menyembuhkan Psikosomatis Tanpa Obat Kimia".
(8) Gangguan Meta-Fisika
Santet, teluh, black magic, juga banyak yang memiliki gejala yang mirip dengan "aktifnya HIV". Bahkan tubuh Anda langsung drop tak berdaya. Disamping ciri-ciri tak wajar, ciri-ciri lainnya sangat mirip dengan gejala AIDS seperti misalnya diare terus seolah-olah tanpa henti, mual muntah bahkan muntah darah, berat badan turun drastis, lemas tak berdaya sehingga bed rest, demam tinggi, gagalnya fungsi ginjal, rasa sakit di beberapa anggota atau seluruh tubuh.
Mungkin Anda berkata, "Jaman sekarang masih percaya ginian, hallooo...?!"
Jawab saya, sungguh tidak logis jika Anda percaya adanya Tuhan tapi tidak percaya adanya entitas gelap dan kekuatannya. Anda mungkin tidak percaya hal-hal seperti ini karena belum pernah merasakannya sendiri. Sedangkan saya mempercayainya karena:
- Saya percaya Tuhan itu ada, berarti entitas lain yang gelap dan jahat juga ada.
- Saya pernah mengalami sendiri apa itu namanya "kerasukan setan".
- Saya punya banyak teman dan kenalan yang punya indra keenam dan kekuatan supranatural. Para "X-Men" ini benar-benar telah mendemonstrasikan kekuatan supranaturalnya dengan nyata (bukan trik sulap).
- Saya berulangkali menemukan pasien-pasien dengan kasus gaib/metafisika.
- Metafisika sudah banyak diteliti oleh ilmuwan dan banyak bukti-bukti serta penjelasan ilmiahnya.
Salah satu titik lemah dalam lapisan alam-tak-sadar yang memungkinkan masuknya pengaruh fatal magic biasanya adalah rasa bersalah. Seseorang yang diliputi oleh rasa bersalah yang sangat dalam karena dosa sebenarnya atau khayalan (hanya merasa berdosa), dapat diserang oleh roh yang berniat menghukum atau membunuhnya. Alam-tak-sadar itu, karena yakin akan ketidaklayakannya, dengan patuh akan menerima serangan itu karena ia merasa memang layak dihukum.
Anda bisa mempelajari tentang topik metafisika ini secara ilmiah di artikel yang berjudul "Gara-gara Magic: Mengungkap Fenomena Metafisika Dengan Sains".
KENAPA SETELAH MINUM ARV SAYA MERASA LEBIH BAIK?
ARV sama seperti obat kimia lainnya yang bersifat menekan gejala, tapi juga punya efek samping yang kuat, mengganggu bahkan membahayakan nyawa! Jadi ada yang merasa lebih terbantu dengan ARV, tapi kebanyakan justru kondisinya lebih parah.
Contohlah obat jenis corticosteroid. Corticosteroid itu sangat manjur dalam menekan peradangan seperti alergi, ruam-ruam dan nyeri persendian. Saya dulu sebelum tahu sains medis holistik, pernah konsumsi corticosteroid untuk alergi saya selama 10 tahun. Saya rasakan obat ini memang lebih manjur jika dibandingkan saya minum herbal tertentu. Tapi tahukah Anda apa yang saya sadari kemudian setelah saya test lab? Memang gejala alerginya hilang, tapi pankreas dan liver saya rusak. Kulit dan mata saya menguning. Glukosa darah saya di atas normal. Selain itu tulang saya keropos (osteoporosis) dan gigi saya rusak dan rapuh.
ARV juga memiliki sifat yang sama dengan corticosteroid ini apalagi beberapa dokter meresepkan ARV dan corticosteroid bersamaan. Beberapa gejala tidak nyaman memang bisa hilang, tapi organ tubuh Anda yang tidak kuat menerima racun kimia ini.
Anda mungkin bisa menunjukkan kepada saya beberapa Odha yang telah hidup selama 20-30 tahun dengan ARV. Tapi tahukah Anda bahwa mereka bisa bertahan selama itu karena mereka juga pakai herbal, suplemen dan perubahan pola makan? Tahukah Anda bahwa mereka tetap saja mudah sakit oleh karena mereka rutin konsumsi ARV yang ada efek sampingnya?
KENAPA STOP OBAT KIMIA MEMBUAT SAYA DROP?
Itu namanya gejala "putus obat kimia". Sama seperti orang yang menderita "sakau" ketika stop narkoba, Anda juga bisa sakau ketika stop dari obat-obat kimia tertentu, termasuk ARV.
Seperti yang saya ceritakan di atas, saya pernah konsumsi corticosteroid selama 10 tahun. Lalu saya ingin bisa stop obat ini, tapi sayang sekali, efek sakaunya begitu kuat, walaupun dosisnya sudah saya kurangi drastis sehingga saya berulangkali gagal karena tidak kuat dengan sakitnya, dan kembali konsumsi corticosteroid.
Suatu ketika, dengan tekad yang kuat, saya ulangi usaha saya stop obat ini, dengan bantuan herbal-herbal dan suplemen tertentu, akhirnya saya bisa berhasil stop total!
Tapi jangan dikira saya melewati masa-masa sakau dengan lancar. Yang saya alami adalah nyeri di persendian dan seluruh tubuh yang luar biasa, demam dan meriang, sakit kepala luar biasa seperti mau pecah rasanya, ruam-ruam di wajah dan borok di tangan-kaki, diare, mengigau, susah tidur, tidak nafsu makan dan semua ini berlangsung selama 7 hari yang membuat saya harus bed-rest tidak bisa melakukan apa-apa!
Hal-hal yang saya alami di atas, bisa terjadi pada Anda juga ketika putus obat-obat kimia tertentu termasuk ARV jenis tertentu. Tapi jika Anda berhasil melewati masa-masa "sakau" ini, tubuh Anda lebih bersih (dari toksin kimia) dan lebih sehat.
PERBEDAAN ARV DENGAN OBAT ALAMI
Untuk mempermudah Anda melihat perbedaannya, silahkan Anda lihat tabel perbandingan di bawah ini.
ARV | OBAT ALAMI |
Tidak bisa menyembuhkan AIDS. | Bisa menyembuhkan AIDS. |
Karena tidak bisa menyembuhkan, maka harus dikonsumsi seumur hidup. | Ketika sudah sembuh, Odha bisa stop pengobatan. |
“Memperbudak” Odha SEUMUR HIDUP dengan kewajiban jadwal ketatnya yang harus dikonsumsi tepat waktu. | Tidak memperbudak Odha seumur hidup karena jadwal konsumsinya fleksibel. |
Bahan kimia tidak ramah lingkungan yang penuh dengan efek samping. | Bahan alami ramah lingkungan dan pada umumnya tanpa efek samping. |
Mikroba makin kebal atau resisten walaupun dikonsumsi dengan jadwal yang benar. | Tidak akan menimbulkan resistensi walaupun jadwalnya fleksibel. |
Tidak aman jika dikonsumsi dalam jangka panjang, apalagi untuk seumur hidup. | Aman jika dikonsumsi dalam jangka panjang, apalagi jenis suplemen, sangat aman dikonsumsi seumur hidup untuk mempertahankan kesehatan. |
PEMERINTAH TIDAK MUNGKIN SEKEJAM INI
"Kalau memang ada rekayasa tentang HIV/AIDS, tidak mungkin pemerintah sekejam ini membiarkannya!"
Anda mungkin berpendapat demikian, tapi di sini saya tidak menyalahkan atau menjelek-jelekkan pemerintah ya, karena pemerintah juga tidak paham sains medis holistik. Sama seperti Anda atau orang awam lainnya, pemerintah melakukan apa yang menurut mereka baik dan yang "dikira" baik adalah ikut suara dan "kepercayaan" kebanyakan orang. Hal ini normal, sesuai dengan sifat manusia umum dan tidak ada hubungannya dengan baik atau jahat, walaupun memang pemerintah yang jahat itu benar-benar ada (seperti yang terbukti dalam catatan sejarah umat manusia di seluruh dunia).
TERSERAH ANDA MAU PERCAYA YANG MANA, TAPI SEMUA ADA EFEKNYA
Seperti yang saya katakan sebelumnya bahwa Aidsdenialist terbagi 2 golongan lagi, yaitu yang satu percaya bahwa HIV itu ada tapi bisa disembuhkan, dan satunya lagi yakin bahwa HIV itu tidak ada, yang ada adalah penyakit umum yang "diparnoin" sebagai HIV.
Walaupun berbeda pendapat, dua golongan ini sependapat dalam satu hal yaitu kesembuhan total hanya bisa didapat dengan cara alami, bukan dengan ARV.
Jika Anda percaya HIV itu ada, silahkan saja, tapi yang pasti jangan mengandalkan ARV karena realitanya obat ini tidak membuat Anda benar-benar sehat, apalagi sembuh total. Ketika Anda menggabungkan ARV dengan obat alami, awalnya Anda memang baik-baik saja. Tapi yang pasti, efek samping ARV akan ada rasakan dikemudian hari. Ini sudah Hukum Alam dan Anda tidak akan bisa melawannya.
Baca juga: Tips Mengobati HIV/AIDS dengan Minyak Kelapa Murni
Sedangkan Anda yang tidak percaya HIV itu ada, bersikap bijaksanalah! Walaupun HIV itu tidak ada, penyakit umum lainnya itu ada dan PASTI akan Anda derita jika Anda memiliki gaya hidup, pola makan dan keyakinan yang salah (psikosomatis). Oleh karena HIV tidak ada, jangan memiliki pikiran bahwa Anda bebas melakukan gaya hidup semau anda apalagi dalam hal seksual, karena penyakit umum dan penyakit seksual itu nyata. Ini sudah Hukum Alam dan Anda tidak akan bisa melawannya.
Anda bisa belajar tentang HIV/AIDS lebih dalam dengan ikut Kursus Online nya DI SINI.
Tapi jika Anda tidak puas belajar secara mandiri (belajar sendiri, coba-coba sendiri) dan butuh bimbingan pribadi, silahkan Anda ikut program mentoring pribadi saya DI SINI.
Dt Awan (Andreas Hermawan)
Jika Anda butuh pengobatan HIV/AIDS yang ringan, silahkan Anda klik DI SINI.
Jika Anda butuh pengobatan HIV/AIDS untuk kasus yang berat dan kompleks, silahkan Anda klik DI SINI.